Kemdikdasmen baru saja merilis Transformasi Pembelajaran menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua yang dinamakan Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam. Ini dilatar belakangi oleh berbagai isu: 1) Perubahan masa depan sulit diprediksi; 2) Permasalahan mutu pendidikan: Literasi, Numerasi, HOTs, Ketimpangan Mutu Pendidikan: 3) Bonus Demografi 2035 dan Visi Indonesia Emas 2045 dan 4) Kompetensi masa depan (Kemdikdasmen)
Menurut Kementerian ini, solusi dari semua ini adalah dengan mengubah paradigma pembelajaran menjadi Pembelajaran Mendalam (selanjutnya disingkat PM), dan diprediksi akan mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.
PM merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu (Kemdikdasmen).
Konsep PM ini untuk membangun keterkaitan antara pengetahuan konseptual dan procedural, mengaplikasikan pengetahuan pada konteks baru, dukungan Experiential Learning (Kolb, 1984), dan pendekatan berbasis pengalaman: refleksi, konseptualisasi, eksperimen. Dengan kerangka pengetahuannya adalah
Peran PM dinyatakan dalam fondasi sistem pendidikan nasional untuk mengembangkan intelektual, moral, dan kinerja peserta didik, memadukan kesadaran spiritual, sosial, kontekstual, dan kegembiraan lahir batin dan mendukung kualitas pembelajaran berbasis kultur masyarakat yang sesuai visi pendidikan nasional (Dewantara, 1967).
Prinsip PM diwujudkan dalam kondisi: berkesadaran, bermakna, menggembirakan, yang diimplementasi dalam pengalaman belajar dalam bentuk memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. Prinsip ini diaplikasikan dalam upaya pemahaman yang mendalam terhadap materi, bukan sekadar penguasaan fakta, pengembangan keterampilan berpikir kritis, problem solving, dan kolaborasi, penerapan pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata dan peningkatan literasi digital dan kemampuan beradaptasi dengan teknologi.
Apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran menekankan pada pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning), pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), pembelajaran Kolaboratif dan Interaktif, pembelajaran yang Diferensiasi (Differentiated Instruction) dengan mengintegrasikan teknologi dalam bentuk pembelajaran daring dan hybrid, pembelajaran yang dipersonalisasi dengan AI yang dinilai dengan penilaian Keterampilan Abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
Begitu sempurna program pemerintah dalam mentransformasi pendidikan Indonesia. Diakui, pendekatan pembelajaran memiliki kontribusi penting. Pendekatan yang digunakan dalam kelas dapat menentukan metode dan strategi pembelajaran yang digunakan, cara siswa berinteraksi dengan materi, dan bagaimana pembelajaran disampaikan (UPI), apa yang dilakukan, apa yang dilakukan siswa, kegiatan apa yang dilakukan dan apa dan bagaimana menilai.
Pendekatan, metode dan strategi pembelajaran terbaik memang penting tapi jika tidak diterapkan dengan efektif dan bijaksana oleh seorang guru, hasil pembelajaran bisa dipastikan tidak optimal. Maka idealnya, guru harus menjadi perhatian utama dalam mengelola pendidikan. Tanpa guru yang bijaksana apapun kebijakan tentang pendidikan tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Di balik materi, metode dan pendekatan pembelajaran, kemampuan guru adalah faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan pembelajaran (IAIN Ponorogo). Meskipun ketiganya sudah sangat baik, keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada bagaimana guru mengelola kelas dan bagaimana mereka berinteraksi dengan siswa, dsb.
Pertama, keterampilan mengajar guru tak tergantikan oleh apapun. Boleh jadi pendekatan, strategi dan metode pembelajaran bisa memberikan kerangka kerja guru dalam pembelajaran, tetapi keberhasilan suatu pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan dan metode tersebut dengan efektif. Seorang guru yang terampil dan bijaksana memiliki kapasitas untuk menyesuaikan pendekatan dan metode dengan kebutuhan siswa, suasana kelas, dan konteks pembelajaran yang berbeda.
Dan yang lebih penting, guru juga bisa untuk mengadaptasi, mengadopsi pendekatan dan metode yang sudah ada agar sesuai dengan karakteristik siswa dan permasalahan yang muncul di kelas, dan tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pendekatan atau metode. Guru yang inspiratif dapat menemukan mana pendekatan yang paling pas untuk sebuah kelas.
Kedua, guru mampu membangun hubungan emosional dan memotivasi siswa. Guru bukan hanya sekadar menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga menetralkan emosi siswa untuk belajar dan sekaligus memberi inspirasi. Hubungan emosional positif antara guru dan siswa dapat mempengaruhi partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran agar lebih bersemangat dan antusias dalam belajar, bahkan dalam kondisi siswa yang ‘malas’ sekalipun.
Dalam konteks ini, guru bisa menunjukkan empati, dukungan, perhatian dan kepedulian kepada siswa yang tidak bisa dilakukan oleh pendekatan, metode atau strategi apapun. Guru juga bisa menciptakan lingkungan yang aman, menggembirakan dan menyenangkan untuk mendukung proses pembelajaran lebih bermakna dan mendalam.
Ketiga, guru memiliki kemampuan manajerial dan pengelolaan kelas yang bijak dan sempurna. Tanpa pengelolaan kelas yang baik, meskipun pendekatan, strategi dan metode sudah sangat bagus dan sempurna, proses pembelajaran bisa terganggu oleh masalah masalah seperti kemalasan, tidak disiplin atau ketidakfokusan siswa.
Guru yang inspiratif dapat mengatur dinamika kelas, menjaga agar siswa tetap terlibat, dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Dia mampu mengatur waktu dengan baik, menjaga fokus siswa, dan mengelola berbagai situasi yang terjadi di dalam kelas secara fleksibel.
Keempat, personalisasi pembelajaran. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih visual, auditori, atau kinestetik. Guru yang bijak mampu mengenali perbedaan ini dan menyesuaikan pendekatan dan metode pembelajaran untuk setiap siswa. Pendekatan, metode atau strategi pembelajaran biasanya bersifat yang umum, guru yang inspiratif bisa mengimplemetasinya lebih personal untuk setiap siswa sesuai dengan potensi yang siswa miliki.
Disini guru menerapkan pembelajaran differensiasi dengan memvariasikan atau mendiversifikasikan pendekatan, metode atau strategi pembelajaran untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya dan lebih humanis.
Kelima, hal yang tidak bisa dilakukan pendekatan, metode apapun adalah pengembangan keterampilan sosial dan karakter. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru juga bertanggung jawab dalam menumbuhkan kecakapan sosial siswa, yang akan menghasilkan siswa yang berkarakter dalam kehidupan mereka. Dalam proses ini, guru menjadi teladan bagi siswa, memperlihatkan nilai-nilai seperti disiplin, kerjasama, tanggung jawab, dan integritas, dsb.
Keenam, guru memiliki kemampuan untuk menilai dan memberikan umpan balik terhadap hasil belajar siswa yang tidak bisa didapatkan dengan pendekatan atau metode pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran guru bisa berinteraksi untuk memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa. Umpan balik yang tepat dapat membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka, serta area yang perlu diperbaiki.
Memang pendekatan dan metode pembelajaran sangat penting, sangat menentukan keberhasilan pembelajaran siswa. Tapi keterampilan menerapkan pendekatan dan strategi mengajar jauh lebih penting. Ini berhubungab dengan keahlian guru dalam memahami kebutuhan, potensi, bakat, minat siswa, membangun hubungan emosional, dan mengelola kelas dengan baik.
Tidak ada pendekatan, metode dan sttarategi yang sempurna bila tidak dijalankan oleh guru yang sebenarnya. Kita buktikan saja. Wallahu a'lam bish-shawab.
(Penulis adalah Pendamping Satuan Pendidikan)