JERNIH.ID, Jambi - Provinsi Jambi menduduki peringkat pertama sebagai daerah yang mengalami tingkat inflasi tertinggi se-Indonesia. Hal tersebut secara langsung disampaikan oleh Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
Menindaklanjuti kondisi tersebut juga arahan dari Gubernur Jambi Al Haris, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jambi menggelar rapat bersama distributor beras yang merupakan penyumbang terbesar inflasi di Provinsi Jambi.
"Perlu saya sampaikan ini bergeraknya berawal dari bulan Juni Juli lalu. Juni lalu itu kan penyumbang inflasi terbesar kita cabai merah dan bawang merah. Tetapi pada saat kita memasuki bulan Agustus, ternyata posisi cabai merah dan bawang merah turun tapi beras justru naik walaupun kenaikannya sedikit," ujar Kadisperindag Kemas Muhammad Fuad, Senin (23/8) kemarin.
"Karena beras ini komoditi penyumbang terbesar terhadap inflasi, jadi otomatis inflasinya langsung naik drastis di posisi 8,55 persen," tambahnya.
Fuad juga menyampaikan, sesuai arahan dari Gubernur Al Haris usai mengadakan pertemuan terkait inflasi tersebut bahwa pihaknya mengambil tindakan dengan melakukan pertemuan bersama distributor beras di Jambi.
"Pada intinya secara umum kalau ketersediaan distribusi tidak ada masalah. Artinya, suplai dari daerah penghasil beras untuk masuk ke Provinsi Jambi aman. Tetapi kenaikan harga itu bukan dari distributor di Jambi tetapi dari hulunya," ungkapnya.
Ia juga mengatakan bahwa faktor kenaikan harga beras tersebut beragam, salah satunya karena di bulan Agustus ini merupakan akhir panen ketiga sehingga para distributor kekurangan stok.
Dikatakannya berdasarkan hasil pertemuan dengan para distributor bahwasanya mereka sepakat untuk menjaga agar harga dapat stabil hingga akhir bulan September nantinya.
"Hasil kesepakatan tadi juga kita berkomitmen semua bahwasanya, paling tidak menjelang bulan September bulan depan teman-teman distributor kita harapkan dapat menjaga harga. Tidak menaikkan, paling tidak memposisikan harga tetap stabil sampai akhir bulan September," tuturnya.
"Nah harapan kita inflasinya tidak ada lagi, paling tidak menjaga kestabilan inflasi tadi tidak naik. Dan mudah mudahan mungkin ada faktor lain yang menyebabkan penurunan atau atau mungkin deflasi alhamdulilah, tetapi paling tidak tolok ukurnya di bulan September nanti pada saat panen yang keempat itu terjadi," ujar Fuad lagi.
Fuad juga menyampaikan bahwa untuk menekan angka inflasi tersebut pihaknya sudah memiliki wacana salah satunya menggunakan anggaran tidak terduga untuk menurunkan tingkat inflasi.
"Jadi memang operasi pasar bisa, sesuai arahan pak presiden kita juga menggunakan dana yang untuk menstabilkan inflasi. Artinya nanti operasi pasar mungkin atau bantuan langsung kepada masyarakat sudah ada wacana seperti itu tinggal lagi nanti menunggu bagaimana proses mekanismenya seperti apa," tutupnya.