Yayasan CAPPA Keadilan Ekologi Berbagi Meringankan Petani Hutan dan Masyarakat Adat Melawan Covid-19

Penulis: Redaksi , Editor: Muhammad Syafe'i - Rabu, 15 April 2020 , 23:31 WIB
Yayasan CAPPA Jambi persiapan berbagi ke petani hutan dan masyarakat adat di Jambi
Istimewa
Yayasan CAPPA Jambi persiapan berbagi ke petani hutan dan masyarakat adat di Jambi

JERNIH.ID, Jambi – Covid 19 adalah wabah yang saat ini menyerang seluruh umat manusia hampir di seluruh dunia, wabah yang tidak terlihat dan bisa menyerang siapa saja dan tanpa ada yang tahu kapan, bagaimana, dan tak ada yang bisa mengelak jika dia datang, oleh sebab itu lah Covid 19 memberi dampak kepada semua orang, Karena Si – Corona tidak bisa memilah apakah pejabat, orang biasa, miskin atau kaya, dikota atau desa dan bekerja apa? Artinya wabah bisa datang kapan saja dan mengenai siapa saja.

Saat ini (15 April 2020) berdasarkan info di website covid19.go.id yang sudah positif terpapar sebanyak 5.136 jiwa, 469 meninggal, 446 dinyatakan sembuh dan sisanya masih dalam perawatan 4.221, untuk Provinsi Jambi sendiri sudah ada 6 orang positif.

Berbagai kebijakan dibuat juga oleh pemerintah untuk mencegah penyebarannya seperti sosial distancing, physical distancing bahkan beberapa kota besar sudah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Himbauan Stay at home juga terus digalakkan, bekerja dari rumah bagi pekerja kantoran atau Work From Home.

Kebijakan dirumah saja yang diharapkan bisa memutus mata rantai penyebaran virus ini tidak bisa berjalan efektif. Karena tidak semua orang bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus keluar rumah, di tengah covid 19 masih banyak masyarakat yang roda ekonominya akan tetap berputar jika beraktifitas dan bekerja diluar rumah. 

Saat covid 19 ini merebak memang dilematis bagi rakyat kecil ekonomi lemah seperti pedagang, petani hutan dan penggarap lahan pertanian yang tetap harus keluar mengais rezeki dengan resiko akan terpapar atau tetap dirumah saja dengan ancaman dapur tidak mengepul. Situasi ini lah yang juga dirasakan oleh Petani Hutan dan Masyarakat Adat dampingan Yayasan CAPPA Keadilan EKologi ditengah pergulatan melawan virus covid 19 yang semakin meluas.

Melihat situasi ini Yayasan CAPPA Keadilan Ekologi sedikit berbagi untuk meringankan beban petani hutan dan masyarakat adat dengan membagikan 3000 Masker, material disinfektan seperti bayclin 55 liter, so kiln lantai 55 liter, dan karbol wangi 55 liter dan 600 pcs sabun cuci tangan serta memberikan sembako 2000 kg beras, 500 kg gula dan 1000 liter minyak sayur.

“Selain bahan tersebut kami juga meminta masyarakat untuk memasangkan spanduk dan membagikan brosur sebagai himbauan pada petani untuk tetap waspada dalam menghadapi wabah covid 19 dan selalu menjaga kesehatan dengan melakukan apa yang disarankan oleh pemerintah,” kata Direktur Yayasan CAPPA Keadilan Ekologi, M. Zuhdi.

Bantuan ini dikatakannya akan disebarkan di 15 kelompok komunitas yang tersebar di 10 Desa di Provinsi Jambi, yaitu Desa Sungai Penoban dan Desa Lubuk Bernai Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Desa Karang Mendapo, Desa Sepintun, Desa Lamban Sigatal Kecamatan Pauh dan Desa Mekar Sari Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun. Desa Pematang Gadung dan Desa Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari serta Suku Anak Dalam Batin 9 Simpang Macan Luar dan Orang Rimba Makekal Hulu.

Masih menurut lelaki yang biasa di panggil Cik Edi bahwa selain membantu hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh petani hutan dan masyarakat adat dalam menghadapi covid 19, kami juga mengedukasi masyarakat untuk memulai menjaga kebersihan lingkungan dengan memilah sampah organik dan non organik, menanam tanaman kesehatan seperti jahe,kunyit,serai dan temu lawak yang sangat dibutuhkan untuk menguatkan imun tubuh.

“Dalam pendistribusian bantuan ini kami tidak turun langsung ke desa-desa tetapi proses pendistribusian akan dilakukan dengan cara melakukan pengiriman melalui mobil angkutan dari masing-masing desa yang masih ke Jambi untuk membeli kebutuhan logistik di kampung, Kami tidak turun langsung karena kami ingin mengikuti instruksi pemerintah untuk tetap dirumah dan menghindari agar tidak terjadi kontak fisik. Di CAPPA sendiri sebenarnya sudah tiga minggu ini sudah menetapkan untuk bekerja dari rumah,” imbuhnya.

Ditempat terpisah, dijelaskan Cik Edi pihaknya juga melakukan komunikasi dengan komunitas dampingan Yayasan CAPPA Keadilan Ekologi melalui ponsel, diantaranya Pak Marhoni salah satu masyarakat di Dusun Trans 3 Desa Sepintun Sarolangun.

“Kami saat ini memang membutuhkan sekali bantuan dari banyak pihak dalam menghadapi virus ini, saat ini bahan-bahan pokok didesa kami sudah susah untuk didapat, karena untuk mendapatkan bahan pokok kami mesti keluar kampung dengan menempuh 2 jam perjalanan, sementara persediaan yang ada di warung di kampung juga sudah tak mencukupi karena pemilik warung juga sudah tidak berani keluar semenjak virus ini merebak.  Dan kami merasa berterima kasih sekali jika CAPPA bisa membantu meringan kan sedikit beban kami,” ucapnya.

Berbeda dengan Pak Marhoni, Kalau di Desa Sungai Penoban Tanjung Jabung Barat menurut pak Samsul Ketua Kelompok Tani Hutan Mahau Lestari persediaan bahan pokok untuk saat ini masih ada tetapi kalau dibantu tentu juga akan meringankan beban kami, sebagai petani hutan dan penggarap ladang kami saat ini sangat membutuhkan alat untuk membantu kami menjaga diri dari menyebarnya virus seperti disinfektan dan sabun cuci tangan karena disini sudah susah sekali untuk mendapatkanya.  bahkan ditempat umum seperti masjid, gereja dan fasilitas umum lain belum tersedia juga sabun cuci tangan.

“Jadi bantuan yang diberikan oleh Yayasan CAPPA ini tentu sangat membantu sekali bagi kami dan masyarakat desa Sungai Penoban,” lanjutnya..

Problem yang dirasakan Orang Rimba pada saat Covid 19 ini berbeda dengan masyarakat umumnya, Menurut Mijak Tampung pemuda dari Makekal Hulu, Orang Rimba sudah mengenal karantina atau memisahkan kan diri dari yang lain ketika wabah penyakit datang, kami biasa menyebutnya “Besesandingon” atau diasingkan yang jauh dari kelompok yang sehat, di Orang Rimba sudah melakukan pencegahan penyebaran virus dari jaman nenek moyang dengan cara jika ada yang kena penyakit, maka yang sehat dilarang makan, memakai pakaian dan menggunakan barang bersama, dan tidak boleh tidur dirumah bekas orang sakit sampai benar-benar virus itu mati.

“Artinya kami orang rimba saat ini berada dalam hutan dan tidak keluar jadi virus covid 19 mudah-mudahan tidak menyebarkan kepada orang rimba, tetapi yang menjadi masalah bagi kami orang rimba adalah pada kondisi ini kami tidak bisa membawa hasil produksi kami keluar karena beberapa toke juga sudah berhenti beroperasi, sehingga kami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan kami, jadi yang sangat kami harapkan sekarang adalah bantuan sembako agar kami bisa bertahan hidup dihutan,” ujarnya.

Untuk meningkatkan kepedulian para pihak terhadap penyebaran virus covid 19 Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo menetapkan sebagai “Bancana Nasional” sesuai KEPRES N0 12. Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) Sebagai Bencana Nasional.

Artinya keputusan presiden ini juga ingin menyampaikan kepada suluruh rakyat bahwa ini adalah musibah bersama dan harus dihadapi bersama, jadi marilah terus bersatu melakukan hal yang positif untuk meringankan musibah ini, mari tingkatkan kepedulian untuk mencegah penyebaran virus semakin meluas, setidaknya dengan tindakan sekecil apapun saat ini pasti sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan, terlepas dari hal-hal yang saat ini menjadi perdebatan.

“Kami ingin sampaikan juga bahwa bantuan ini tidak hanya di Jambi tapi kami juga menyalurkan bantuan di masyarakat dampingan kami di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah,” pungkas Cik Edi.



PT. Jernih Indonesia Multimedia - Jernih.ID