Peristiwa hijrah sebagai penanda 1 Muharram (Tahun Baru Islam) mengajarkan kita banyak pelajaran, ini bukan peristiwa biasa. Peristiwa ini mengharuskan Baginda Rasulullah SAW dan para sahabat untuk meninggalkan tanah kelahiran yang amat dicintainya Makkah menuju Madinah.
Hijrah dilakukan untuk melindungi, menyelamatkan dan membebaskan umatnya dari suasana ‘ketidaknyamanan” dan dalam upaya untuk membangun kehidupan baru demi membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan dan sebagai “titik awal” kebangkitan moralitas spiritual umat manusia.
Salah satu konteks dalam peristiwa hijrah adalah Nabi Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad SAW itulah membuat makna hijrah menjadi sebuah peristiwa besar. Sedangkan konteks hijriah perpindahan dari ‘alam kekerasan’ (Mekkah) ke ‘alam ukhwah’ (Medinah) menjadi salah satu trend kehidupan, kalau kita menghadapi suatu kejadian yang kita tidak sanggup melakukan atau mengatasinya, sudah saatnya kita hijrah.
Rasulullah SAW ingin mengajarkan kepada kita bahwa untuk mencapai suatu usaha besar, dibutuhkan pengorbanan total dan maksimal. Beliau hijrah dengan segala daya dan potensi yang dimilikinya, tenaga, pikiran dan materi bahkan jiwa dan raga (UIN Alauddin). Sebuah indikasi menunjukkan hijrah terjadi karena keinginan yang kuat untuk berubah (reformasi) dan tidak dikarenakan oleh dorongan pihak lain.
Sulitnya perjalanan, hijrah tersebut bukanlah melarikan diri, tapi hijrah untuk kehidupan yang lebih baik. (Haekal, 2009). Oleh karena itu, hijrah perlu usaha serius, dibutuhkan pengorbanan total dan maksimal. Hijrah juga memerlukan pengerahan segala daya dan potensi yang dimiliki, tenaga, pikiran, sikap dan materi bahkan jiwa dan raga.
Kalau kita merasa sedih, cemas, tidak nyaman, berhijrahlah. Hijrah tidak boleh salah kaprah, hijrah bukanlah milik orang tertentu. Namun, hijrah adalah keharusan, milik semua orang untuk terus-menerus memperbaiki diri. Memperbaiki cara berpikir, cara berucap, serta bersikap, dan bermedia sosial sehingga dengan berhijrah kita menyelamatkan diri sendiri dan juga orang lain.
Hijrah tidak selalu memindahkan diri ke tempat yang lain. Secara fisik, kita tetaplah berada di tempat biasa, namun hati dan pikiran, perilaku dan jiwa yang berhijrah. Berubah dan pindah dari suasana yang tidak baik kepada kondisi yang baik, dari keadaan yang baik kepada perbuatan yang lebih baik.
Hijrah itu berusaha dengan sungguh sungguh menemukan kesalahan diri dan kekurangan diri sebelum ‘mencari-cari’ kekurangan orang lain. Semua orang pasti punya kesalahan, dan untuk itu lebih dianjurkan untuk mencari kesalahan diri sendiri kemudian berusaha mengubah kesalahan itu menjadi kebaikan. (Shihab)
Hijrah itu upaya memperbaiki diri kita, sifat buruk kita, hati kita, prasangka kita, perilaku kita dan lisan kita. Evaluasi diri, menilai diri sendiri layak dilakukan agar kita mengetahui dan memahami siapa diri kita. Apa saja kekurangan kita.
Jangan menggenggam yang tidak muat ditangan, jangan mengejar yang langkah kaki kita tak sampai. Tak perlu memaksa, tak perlu tergesa gesa. Jika milik kita tak akan kemana, dan jika rezki kita pasti akan sampai juga.
Dalam tahun baru ini, jangan pernah menjadikan sebuah masalah menjadi beban hidup, jadikanlah masalah itu sebagai acuan untuk kita bisa berkembang. Selesaikan masalah kita dengan cara tetap bersyukur, sabar dan tersenyum. Jangan terlalu sering mengeluh atau marah marah ketika mendapatkan masalah. Tenang saja.
Tiada manusia yang tidak mendapat ujian, tiada manusia yang lepas dari cobaan, karena segala ujian adalah ketentuan Tuhan yang harus kita lalui dengan kesabaran.
Menghadapi cobaan diperlukan keikhlasan agar Sang Pencipta memberi kemudahan. Doa yang kita panjatkan akan membuka jalan, jalan ketenangan yang selalu kita dambakan. Hidup akan terus berjalan walaupun cobaan datang bergantian, maka bermuhasabahlah disetiap kesempatan dan waktu yang hilang tidak perlu kita risaukan.
Sesulit apapun keadaan kita, ajarilah hati kita agar selalu bisa menerima keadaan tanpa membenci. Semua kesulitan dalam hidup mengajarkan kita sesuatu yang berharga, penantian melatih kesabaran, kehilangan mengajarkan keikhlasan, penderitaan membentuk kita menjadi kuat, ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan mengajarkan penerimaan.
Harus yakin, jauh ataupun dekat, lama ataupun singkat ketika Allah sudah berkehendak maka apapun bisa terjadi. Tetap bersabar dan selalu yakin diwaktu yang tepat, Allah akan kabulkan apa yang selalu kita doakan. Teruslah melangkah sesuai jalur, karena jalan hidup tak bisa diukur, perbanyak rasa syukur, selebihnya biar Allah yang atur.
Belajarlah tenang saat menghadapi tekanan, sabar saat menunggu jawaban, kuat saat menghadapi cobaan dan bersyukur di setiap keadaan. Berbaik sangkalah, sedih, kecewa, lelah, itu manusiawi. Namun percayalah, Allah tidak pernah salah dalam menitipkan ujian. Mungkin tidak semua hari kita berjalan baik, namun akan ada hal baik disetiap harinya.
Inilah hidup, semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita tidak akan pernah mendapatkannya. Karena sejatinya kesempurnaan yang hakiki tidak pernah ada. Yang ada hanyalah keikhlasan hati kita menerima kekurangan. Jangan mencari kesempurnaan, tapi sempurnakanlah apa yang telah ada pada kita.
Selamat tinggal tahun 1445 Hijriah. Terima kasih, 254 hari manisnya kami kenang, pahitnya kami jadikan pelajaran, Alhamdulillah, bisa dilewati semuanya walaupun banyak cobaan. Tahun penuh kenangan yang tak mungkin terlupakan.
Banyak peristiwa penting sudah tercatat rapi: terjadilah pertemuan itu, sahut menyahut percakapan, saling melempar ide dan gagasan, berbicara tentang diri, dsb. Dan akhirnya membuat keputusan.
Semuanya sudah menghiasi perjalanan hidup selama satu tahun terakhir. Banyak hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa dan kejadian itu. Ternyata, kemajuan teknologi informasi, massifnya penggunaan media sosial harus dibarengi dengan berpikir kritis dalam menerima informasi. Jangan pernah ‘percaya’ dengan sebuah informasi tanpa verifikasi terlebih dulu.
Selamat datang tahun 1446 Hijriah, semoga tetap tabah, yang rapuh kembali tangguh, yang luka kembali sembuh. Yang ‘teledor’ dilakukan inshaallah diperbaiki. Pastikan selama tahun baru ini, kita mesti punya kemampuan untuk membedakan ‘katanya’ dengan ‘faktanya’. Kalau tidak, kita akan terjebak dalam situasi yang tidak ‘mengenakkan’ dan sedikit banyak akan mengganggu perjalanan kehidupan kita.
Untuk tahun 1445 Hijriah, terima kasih untuk satu tahunmu. Tentu, banyak cerita suka dan duka yang telah dilalui. Kini kami tutup dengan Alhamdulillah. Dan kami buka 1446 H dengan Bismillah, semoga diberi kemudahan dalam segala hal, umur panjang, rezeki lancar, berkah, istiqomah, diberi hati yang kuat dan sabar.
Memulai tahun baru 1446 Hijriah, berhentilah mengkhawatirkan apa yang terjadi di masa depan dan yang telah terjadi di masa lalu. Biarkan saja, lupakan tentang bagaimana keadaan yang seharusnya. Terimalah apa yang ada dan apa adanya.
Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1446 Hijriah, semoga kita semua sukses. Amin ya rabbal alamin. Wallahu a'lam bish-shawab!
(Penulis adalah Pendidik di Madrasah)