Oleh: Musri Nauli
Rasanya belum lega setelah menyaksikan langkah cepat, berkejaran dengan waktu, Al Haris Membangun harapan dan optimisme, membaca data-data dan Membangun jaringan lintas instansi, mendapatkan kabar. Adanya kunjungan Kerja Lapangan.
Yap. Saya merasa tertawa keras-keras. Belum seminggu berkantor resmi di Pemerintah Provinsi Jambi, Al Haris menunaikan janjinya. Turun ke Lapangan yang kemudian dikenal tagline “Pertisun”. Pejabat tidur didusun.
Teringat ketika menemani berbagai tempat ketika kampanye. Di Kerinci, Sarolangun, Tanjabtim. Memang tidur di dusun. Dirumah-rumah warga. Lepas dari segala atribut protokoler.
Tagline “pertisun” yang lama dilaksanakan sebagai Bupati Merangin kemudian diadopsi. Ke Pemerintah Provinsi Jambi.
Sebagai tagline “pejabat tidur didusun” adalah simbol. Pejabat harus rela menjemput bola. Mendengarkan keluhan langsung. Tanpa dibatasi sekat protoker. Mengalir. Dan tidak perlu lagi rekayasa terhadap laporan. Terutama laporan “ABS”. Asal Bapak Senang.
Tagline “pertisun” kemudian dapat menangkap pesan dan keinginan langsung. Kebutuhan mendasar yang paling dirasakan. Menjadi prioritas dan menjadi program reaksi cepat. Untuk mengatasi kebutuhan mendesa.
Tagline “pertisun” sekaligus mengukur kinerja peran Pemerintah didalam melihat respon dan cara menanggapi pejabat didalam melihat persoalan mendasar ditengah masyarakat.
Namun dengan tagline “pertisun” sekaligus Membangun hubungan emosional yang erat. Membangun hubungan “diayomi” sekaligus “diperlakukan istimewa” rakyat oleh pejabat.
Dengan tagline “pertisun”, pejabat menjadi paham. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan mendesak.
Disela-sela kampanye, Al Haris berbisik, “Pertisun kito lanjutkan, bang”. Akupun tertawa.
Namun belum seminggu ternyata tagline “pertisun” kemudian langsung dilaksanakan. Tertawa akupun berderai.
Ha.. ha.. ha.., wo Al Haris…
(Penulis merupakan Direktur Media Publikasi Al Haris-Sani)