JERNIH.ID - "Di Islam kita diberikan akses untuk belajar terus menerus, meskipun dulu saya belum syahadat namun saya tetap diberikan kesempatan untuk belajar, bahkan saya hafal bacaan shalat dan nama-nama nabi sebelum saya jadi mualaf”
Sariman, terlahir dan besar di suku Akit menjadikan ia asing dengan Islam. Terlebih anak kedua dari tiga bersaudara ini memiliki latar belakang agama non Islam. Hanya dia satu-satunya pemeluk agama Islam, seluruh keluarganya masih non muslim.
Jangankan Islam, untuk sekolahpun ia harus menempuh jarak 5 kilometer dengan berjalan kaki agar dapat mengenyam pendidikan di SD Tebun Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau.
Jarak dan kondisi keluarga tak pernah membuat Sariman patah arang, dengan teguh bersama suku akit yang lain terus berjuang untuk mengenyam pendidikan. Sariman kecil selain sekolah, ia isi harinyadengan belajar mengaji. Dengan kegiatan pengajian lebih banyak pembelajaran inilah yang menjadi alasan ia ikut bergabung, meskipun bukan dari agama yang sama.
"Di Islam kita diberikan akses untuk belajar terus menerus, meskipun dulu saya belum syahadat namun saya tetap diberikan kesempatan untuk belajar, bahkan saya hafal bacaan shalat dan nama-nama nabi sebelum saya jadi mualaf” jelasnya.
Keinginan ia untuk terus belajar mengantarkan ia diterima di Sekolah Cendekia BAZNAS. Dengan bantuan akses BAZNAS Kab. Meranti dan BAZNAS Provinsi Riau, ia berangkat sambil berniat mengubah wajah desa untuk dicerahkan.
Perjuangan mencari ilmu Sariman tidak selesai ketika diterima menjadi siswa. Ternyata ia belum bisa membaca Al-Quran, meskipun mengaji sambil bermain ia ikut sedari kelas 3 SD di Meranti. Maka dengan bantuan ustadz dan teman sesama siswa ia belajar dengan giat.
“Setiap hari diawal masuk saya belajar membaca al-Quran, malu memang diawal, karena semua teman di Sekolah sudah bisa, namun alhamdulillah semua justru mendukung sehingga saya terbantu tidak malu dan lebih semangat”. ingatnya.
Dengan giat belajar dan menghafal, hingga hari ini siswa kelas 10 di Sekolah Cendekia BAZNAS tersebut telah hafal 6 Juz serta 85 Hadit pilihan. Sebuah prestasi yang luar biasa baginya, tentu ilmu ini akan ia baktikan untuk daerahnya tercinta.
Sariman memiliki impian menjadi seorang guru agama serta wirausaha. Karena langka sekali suku Akit di daerahnya yang menjadi guru, menjadikan ia semangat berilmu. Pun dengan wirausaha, sangat jarang sekali tuan rumah dan tuan tanah menjadi tuan harta disana.“Saya harus mewujudkan itu, agar rantai keilmuan terus berjalan, saya ingin hadirkan cahaya hidayah untuk warga disana, khususnya keluarga” ungkapnya.