53 Persen Siswa SMP Kota Jambi Buta Al-Qur’an: Gerami Pasang Badan (Gerakan Ayo Mengaji)

Penulis: Redaksi - Selasa, 14 Oktober 2025 , 21:27 WIB
Prof. Dr. Mukhtar Latif Prof. Dr. Mukhtar Latif


Oleh: Prof. Dr. Mukhtar Latif

Gerami dan Pengabdian Sosial

Fenomena 53 persen siswa SMP di Kota Jambi yang belum mampu membaca Al-Qur’an bukan sekadar masalah keagamaan, melainkan krisis sosial dan kultural yang mencerminkan lemahnya sistem pembinaan keislaman di tingkat dasar dan menengah (Latif, 2024). Dari survei lapangan yang dilakukan oleh berbagai lembaga keagamaan di tahun 2023, terlihat bahwa anak-anak yang sudah menamatkan sekolah dasar banyak yang tidak terbiasa membaca Al-Qur’an secara lancar. Kondisi ini menuntut gerakan sosial keagamaan yang sistematis, bukan hanya instruktif atau seremonial.

Gerakan Emak-Emak Mulia (Gerami) muncul sebagai bentuk pengabdian sosial berbasis nilai dakwah, yang mengembalikan tanggung jawab pendidikan Al-Qur’an ke akar sosialnya: rumah dan komunitas (Haqqi & Latif, 2022). Gerami bukan lembaga formal, tetapi wadah penggerak masyarakat, khususnya kaum ibu, untuk menjadi agen literasi Al-Qur’an di lingkungan sekitar mereka.

Gerakan Emak-emak Mulia: Tanpa Insentif

Gerami digerakkan oleh lebih dari 400 emak-emak sukarelawan di Kota Jambi. Mereka bukan pengajar profesional yang menerima honor, melainkan relawan sosial yang memandang mengajar Al-Qur’an sebagai ibadah dan bentuk tanggung jawab keumatan (Yumesri, 2023). Inilah keunikan Gerami: mereka tidak menunggu dana APBD atau program CSR.

Kekuatan Gerami bukan pada sumber dana, tetapi pada etos sosial ibu-ibu penggerak yang menjadi pusat moral di lingkungan masing-masing. Konsep pengabdian tanpa insentif ini selaras dengan prinsip ikhlas sosial sebagaimana ditekankan oleh Al-Ghazali, bahwa amal tanpa pamrih adalah jalan untuk menghidupkan ruh ikhlas dalam masyarakat (Al-Ghazali, 2021).

Metode Iqra’ sebagai Andalan Gerami

Gerami menjadikan metode Iqra’ sebagai kurikulum utama. Metode ini dikenal sederhana, terukur, dan progresif, dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah hingga kelancaran membaca mushaf (Syamsuddin, 2020).

Pendekatan Iqra’ memudahkan emak-emak Gerami yang tidak semuanya berlatar belakang pendidikan formal agama. Dengan buku panduan yang mudah diikuti dan tahapan jelas, setiap relawan bisa mengajar anak-anak usia 10–15 tahun dengan efektif. Penekanan pada praktik langsung membuat siswa SMP yang semula tidak mengenal huruf Al-Qur’an, mampu membaca dalam waktu 2–3 bulan pelatihan rutin (Latif & Haqqi, 2023).

Keunggulan Metode Iqra’ bagi Pemula

Metode Iqra’ memiliki lima keunggulan utama bagi pembelajar pemula (Anwar, 2021):

1. Struktur bertingkat: siswa belajar sesuai kemampuan, tanpa tekanan.

2. Partisipatif: guru dan siswa aktif bersama.

3. Audio-visual sederhana: menggunakan pengulangan bunyi untuk memperkuat daya ingat.

4. Evaluasi real-time: setiap bacaan langsung dikoreksi.

5. Dapat diajarkan oleh siapa saja: tanpa harus guru profesional.

Hal ini menjadikan Iqra’ sebagai jembatan dakwah praktis, di mana masyarakat sendiri menjadi penggerak pendidikan Al-Qur’an. Inilah bentuk Islam masyarakat — bukan lagi Islam formal birokratis (Latif, 2022).

Gerami Masuk SMP dengan Al-Qur’an

Program terbaru Gerami, “Gerami Masuk SMP”, diluncurkan pada awal 2024. Tujuannya: memastikan siswa SMP di Kota Jambi mendapatkan pelatihan intensif membaca Al-Qur’an di luar jam pelajaran formal (Haqqi, 2024).

Program ini menggandeng sekolah, guru agama, dan komite sekolah untuk membuka kelas sore dengan waktu belajar fleksibel di Kota Jambi. Dalam tiga bulan pertama, tingkat keberhasilan membaca meningkat signifikan. Bahkan, beberapa sekolah negeri kini mengintegrasikan kelas Gerami sebagai kegiatan ekstrakurikuler religius wajib.

Gerami tidak hanya mengajarkan membaca, tetapi juga mengenal makna dasar ayat, memperkenalkan tajwid sederhana, dan membangun kecintaan pada Al-Qur’an sejak dini.

400 Emak-emak Gerami: Pasang Badan Jadi Guru Ngaji

Jumlah relawan Gerami kini mencapai 400 orang, tersebar di Kota Jambi. Gerami menunjukkan bahwa kebangkitan pendidikan Al-Qur’an tidak harus bergantung pada lembaga formal (Latif, 2024).
Mereka pasang badan menjadi guru ngaji selain di sekolah, di rumah-rumah, mushalla, dan tempat-tempat yang memungkinkan untuk ngaji.

Gerami juga membuka kelas “Iqra’ untuk Ibu”, agar para orang tua dapat membaca al-Qur’an bersamaan dengan anak-anaknya. Inilah model pendidikan lintas generasi, di mana keluarga menjadi madrasah pertama dan utama (Riyadi, 2023).

Penutup

Krisis buta huruf Al-Qur’an di kalangan remaja adalah tanggung jawab sosial kita bersama. Gerami telah membuktikan bahwa solusi tidak selalu berasal dari kebijakan formal, tetapi dari semangat sosial keagamaan yang hidup di tengah masyarakat.
Pendidikan Al-Qur’an sejatinya bukan hanya tugas guru agama, tetapi kewajiban moral seluruh umat.

Gerami, dengan kesederhanaannya, telah menyalakan lilin kecil di tengah gelapnya fenomena buta huruf al-Qur’an. Jika setiap komunitas melakukan hal serupa, maka generasi Qur’ani tidak lagi sekadar slogan, tetapi realitas sosial yang hidup dan membumi.

Al-Qur’an bukan sekadar memperindah peradaban dunia,
tetapi jauh lebih indah dan mulia, karena ia membingkai peradaban keindahan hati.

(Penulis merupakan Ketua ICMI Orwil Jambi - Guru Besar UIN STS Jambi)

Daftar Bacaan:

Al-Ghazali. (2021). Ihya’ Ulumuddin: Etika Sosial dalam Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Anwar, K. (2021). Metodologi Pengajaran Al-Qur’an Modern. Yogyakarta: Deepublish.

Haqqi, A. (2024). Gerami Masuk Sekolah: Gerakan Literasi Al-Qur’an di Kota Jambi. Jurnal Pendidikan Islam Inovatif, 6 (1), 45–57.

Haqqi, A., & Latif, Mukhtar. (2022). Gerakan Sosial Keagamaan dan Literasi Al-Qur’an di Kalangan Remaja. RIGGS Journal of Islamic Education, 4(2), 33–49.

Latif, Mukhtar. (2022). Islam Masyarakat dan Pendidikan Sosial di Era Digital. Jurnal Tarbiyah dan Sosial, 3(4), 211–223.

Latif, Mukhtar. (2024). Transformasi Pendidikan Keagamaan Masyarakat Kota Jambi. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 121–134.

Latif, Mukhtar., & Haqqi, A. (2023). Efektivitas Metode Iqra’ dalam Literasi Al-Qur’an Remaja. Al-Riwayah Journal of Islamic Education, 8(3), 210–226.

Riyadi, S. (2023). Pendidikan Keluarga Islami sebagai Basis Literasi Qur’ani. Jakarta: Prenada Media.

Syamsuddin, M. (2020). Metode Iqra’ dan Pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Yumesri, Y. (2023). Gerakan Sosial Perempuan dan Pendidikan Nonformal Islam. Padang: Andalas Press.



PT. Jernih Indonesia Multimedia - Jernih.ID