Jejak Toleransi Dalam Campuran Budaya Cirebon

Penulis: Indra Saputra - Sabtu, 28 Juni 2025 , 17:15 WIB
jernih.id, www jernih id, berita jernih id hari ini, berita jernih id terbaru, berita jambi
Indra Saputra
jernih.id, www jernih id, berita jernih id hari ini, berita jernih id terbaru, berita jambi


JERNIH.ID - Cirebon, Cirebon berasal dari kata Caruban, yang bermakna campuran karena memang masyarakat dahulunya sudah campuran. Ada pribumi asli, ada pendatang dari Arab, ada pendatang dari Cina dan pendatang dari India. Dari berbagai etnisnya aja berbeda, agamanya pun berbeda. Maka para pendiri kota ini mulai dari situ, dari sisi perbedaan-perbedaan itu menjadi kekuatan di Cirebon.

Untuk di Keraton kesepuhan dijelaskannya ada kereta-kereta kencana, kereta yang biasa digunakan oleh para sultan dan kereta itu mereka beri nama Paksi Naga Liman.
Paksi itu burung, naga itu ular, liman itu gajah. Burung melambangkan unsur lokal, untuk ular melambangkan pendatang-pendatang dari cina, kemudian gajah untuk pendatang-pendatang dari India, dengan agamanya masing-masing itu disatukan dalam bentuk api keraton Cirebon
Mereka menyadari makin ke depan akan makin banyak etnis dan agama, selama ini kita tidak pernah menghadapi masalah-masalah yang berarti. Hal-hal seperti penolakan rumah ibadah ada tapi bisa diselesaikan dan tidak sampai menimbulkan permasalahan.

Saat ini diungkapkannya sedang menangani beberapa usulan untuk rumah ibadah, ada rumah ibadah yang sementara dan ada rumah ibadah yang permanen. Kita sedang meneliti dokumen-dokumennya.

Untuk warga keturunan Chinese yang memeluk agama Konghucu ada kegiatan rutin Taichi yang juga diperuntukkan untuk masyarakat umum dan untuk semua agama, semacam tenaga dalam untuk Kesehatan. Hal tersebut juga menjadi sebuah nilai-nilai toleransi di Kota Cirebon.

Tag:


PT. Jernih Indonesia Multimedia - Jernih.ID