Oleh: Dr. Noviardi Ferzi
Rencana pembangunan Stadion Internasional di Pijoan Kecamatan Jaluko Muaro Jambi diyakini akan menimbulkan multiplier effect terhadap percepatan pertumbuhan investasi di Provinsi Jambi. Efek ganda yang memberi pondasi pada ekonomi dan koneksitivitas warga. Kawasan yang tidak hanya mengakumulasi manusia, tapi juga modal serta peradaban yang menyertainya.
Kawasan Pematang Gajah, Mendalo, Sei Duren dan Pijoan merupakan kawasan Urban (pinggiran) di Provinsi Jambi. Kawasan yang masuk Kabupaten Muaro Jambi telah lama diyakini akan menjelma menjadi Kota Satelit di Jambi. Hari ini sudah puluhan tahun kawasan ini pembangunannya relatip stagnan ketika pertumbuhan ekonomi lebih cepat tumbuh di kawasan pedalaman (inland) Kota Jambi
Berawal dari pemindahan Kampus Unja Telanaipura Ke Mendalo tahun 1986, lalu, gebrakan visioner mantan Gubernur Jambi Abdurahman Sayoeti dengan mendirikan sekolah unggulan Titian teras di Pijoan tahun 1999, lalu Kamenag juga mendirikan MAN Cendekia dan kampus UIN STS Jambi di era 2000 an. Selanjutnya, Gubernur Zulkifli Nurdin dan Bupati Mahir yang membawa investor besar untuk membangun Citra Raya City.
Melanjuti usaha ini Gubernur Al Haris dengan Bupati Muaro Jambi Masnah Busro bersepakat membangun internasional di Pijoan. Artinya, secara perencanaan apa yang dilakukan Gubernur hari merupakan tindak lanjut dari para pemimpin terdahulu, pembangunan yang berkesinambungan.
Masalah status lahan stadion dari informasi yang bisa ditelusuri, bahwa lahan yang digunakan telah memiliki sertifikat atas nama kabupaten Muaro Jambi. Hal ini menjelaskan soal hibah tanah dari Muaro Jambi ke Provinsi Jambi. Bahkan KPK dan BPK sendiri telah melakukan verifikasi akan hal ini, dan hasilnya tidak ditemukan masalah akan status tanah tersebut.
Sedangkan luas lahan yang hanya 11 hektar masih bisa dikembangkan dengan pembebasan lahan masyarakat. Hal ini penting untuk mengantisipasi apabila stadion ini akan dikembangkan menjadi sport centre tempat berbagai venue cabang olahraga dengan stadion sebagai eficentrumnya. Selain itu dengan adanya stadion akan menjadi daya tarik masuknya dana APBN dalam membangun sport centre di masa depan.
Tentunya, Stadion Internasional ini tidak hanya mendukung peningkatan prestasi olahraga di Jambi hingga level nasional. Namun Stadion Internasional ini bisa menguatkan peran wilayah Pijoan sebagai sentral ekonomi baru yang mengubungkan Jambi wilayah barat dan wilayah timur.
Stadion Internasional di Pijoan akan membuka mata publik Jambi tentang bagaimana membangun daerah urban (pinggiran). Ini terobosan dalam mewujudkan kawasan ekonomi baru. Bayangkan, ada satu kawasan di Jambi, yang menjadi pusat pendidikan (UNJA, UIN, TT dan MC), dipadukan stadion internasional dan kawasan pemukiman modern Citra Raya, di tambah jaringan tol Sumatera dengan pintu masuknya di Sei Duren, maka dalam satu dasa warsa Pijoan akan menjadi New Serpong di Jambi.
Pada tahap awal stadion ini akan membuat geliat baru ekonomi di kawasan Mendalo, Sei Duren dan Pijoan sendiri. Namun, dalam jangka menengah dan panjang kawasan ini akan menjadi area penghubung utama provinsi Jambi, akses keluar masuk kota dan kabupaten bukan hanya di Jambi tapi kota - kota lain yang akan dan keluar dari kawasan Kota Jambi.
Dalam konteks potensi kewilayahan, saya memahami alasan Gubernur Haris untuk membangun stadion di Pijoan. Paham, karena wilayah tersebut tidak hanya memiliki daya dukung ekonomi melalui konektivitas yang dimilikinya, namun Pijoan adalah jalur historikal penghubung kabupaten Kota di Jambi, dari kota menuju Bulian, Batanghari, Sarolangun, Merangin, Sei Penuh Kerinci, termasuk Tebo dan Bungo.
Dari semua itu, Gubernur Haris saya nilai berani masuk dalam situasi pengambilan keputusan yang mesti berjalan sangat bersih dari beragam perilaku lobi yang bernuansa kekurangan (moral hazard) yang dipenuhi kepentingan tertentu (vested interest) dari keuntungan semata (rent seeking). Hal ini penting agar, hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas ruang (inter-region) dan waktu (inter-generation).
Apalagi kita tahu, dengan makin terbatasnya lahan di Kota Jambi, keputusan Gubernur memindahkan lokasi stadion dari Pall 13 Pondok Meja ke Pijoan sebagai strategi pembangunan kawasan visioner bagi kemajuan Provinsi Jambi. Membangkitkan dan mengingatkan kembali identitas warga sebagai tuan rumah yang berkemajuan.
Ke depan saya meyakini Pijoan akan menjadi kota satelit yang bisa di akses dari jalan lintas provinsi, dari tol Sumatera dan juga jalur sungai. Publik Jambi harus berpikir besar akan hal ini, termasuk dukungan dari DPRD sebagai bagian dari pemerintah daerah. Karena ini bukan soal Haris Sani semata, tapi lebih pada daya saing Jambi lima sampai sepuluh dekade ke depan.
(Penulis merupakan pengamat)